25 Mei 2009

My First tour in Bali

Masa SMA merupakan masa paling indah menurut sebagian besar orang. Banyaknya acara-acara yang di sajikan untuk kalangan remaja seusia SMA, memungkinkan adanya berbagai pengalaman, kisah, dan cerita yang di ukir para remaja bersama teman-teman sebayanya. Dalam kurun waktu 1bulan, tak jarang lebih dari 5 acara di adakan oleh berbagai instansi untuk pengguna putih abu-abu ini. Belum lagi dengan adanya OSIS di masing-masing sekolah yang memiliki berbagai program kerja di setiap bulannya, tentu menambah deretan event-event untuk kalangan remaja.

Setiap tahun, di setiap SMA, selalu diadakan study tour yang umumnya diikuti oleh seluruh siswa kelas XI. Sama halnya dengan SMADAbO, rabu 20 Mei lalu seluruh siswa kelas XI dan 8 guru pembimbing melakukan perjalanan ke Bali selama 5 hari.

Tepat saat matahari sedang bertengger dengan sengat panasnya, dan adzan dzuhur usai di kumandangkan. Para siswa-siswi meletakkan koper ke bagasi dan segera melepaskan suhu panas yang sedari tadi menyelimuti tubuh. Dinginnya udara di dalam bus ber-AC itu mulai merebak ke dalam nuansa ceria mereka hari itu. Lantunan lagu-lagu terbaru menggema mengisi seluruh sudut bus. Jam telah menunjukan pukul 13.00 WIB, seluruh rombongan yang terbagi dalam 4 bus itu mulai menancapkan gas meninggalkan gerbang SMADAbO.

Bersama kedua sahabatku, habib dan vita, aku duduk di barisan bangku ke-5 dalam bus 3. kurang lebih selama 18 jam kami semua bakal melekatkan diri di kursi bus ini. Sungguh perjalanan yang melelahkan.

Tak terasa matahari mulai menenggelamkan tubuhnya, memberi kesempatan pada bulan untuk menghangatkan suasana malam. Sesampainya di daerah situbondo, kami semua tercengang dengan keindahan paiton yang sangat menakjubkan dengan ribuan lampu yang terpampang rapi di setiap sudut bangunannya. Paiton merupakan suplai listrik dari jawa ke Bali yang dikelilingi oleh tebing atau pegunungan batu. Disamping itu, kami pun juga teriris mendengar cerita dari tour guide kami, bahwa 5 tahun yang lalu telah terjadi kecelakaan yang merenggut seluruh nyawa awak siswa dari jogja yang seusia kami tewas terbakar di dalam bus. Kami pun di pimpin bu.ninik, pembina di bus 3 untuk mengheningkan cipta dan berdoa sejenak.

Setelah itu, di daerah Bondowoso, bus kami berhenti di salah satu rumah makan untuk makan malam dan menunaikan ibadah shoolat magrib dan isya’. Kami pun melanjutkan perjalanan, tepat saat jam mulai menunjukan angka 12 malam. Kami sampai di pelabuhan, kami pun segera turun dari kapal, menuju dermaga, danm masuk ke kapal yang telah memuat puluhan kendaraan termasuk bus kami. Aku dan teman-teman ku memilih menikmati udara malam di bagian paling atas dari kapal. Tak terasa selama 30 menit kami telah terombang-ambing di atas selat bali. Walau ditengah perjalanan, penyebrangan kami dijatuhi guyuran hujan, alhamdzulillah kami pun sampai dengan selamat.

Tak terasa, kami telah menginjak tanah pulau Bali, suasana khas daerah ini pun mulai kami rasakan di pelabuhan gilimanuk, Bali. Beberapa ekor anjing hidup bebas di jalanan, ada pula sesajen yang tertata rapi di pintu masuk pelabuhan. Kami pun masih melanjutkan perjalanan selama 4 jam untuk menuju Tanah Lot, tujuan pertama kami di Bali.

Kira-kira pukul 05.00 WITA, kami telah sampai di kawasan Tanah Lot. Usai mandi dan sholat subuh, aku dan salah satu sahabatku berjalan dari tempat parkir yang luas menuju lokari Tanah Lot. Sepanjang jalan, banyak pedagang-pedagang yang masih menutup dagangannya, namun tetap saja anjing-anjing sudah berkeliaran dimana-mana.

Sebuah gapura besar khas bali menyambut pandangan mataku sebelum melongok indahnya pantai yang di bagian tengahnya terdapat pura. Ya.. ada tanjung-tanjung, dan pura di sekelilingya. Namun sayang, kami terlambat menyaksikan sunrise, karna waktu kami tersita dengan antrinya kamar mandi. Begitu juga dengan suasana alam yang kurang mendukung, air pasang menggernyutkan dahi kami, karna tidak dapat mengambil gambar di atas karang yang ada di bagian pantai. Ombak yang besar akhirnya mendorong kami untuk menikmati laut dari atas tebing, hitamnya pasir pantai, dan Lautan yang bersih, sangat arang ditemukan di laut-laut di Indonesia saat ini. Tempat dimana Dewi sandra dan suaminya menikah ini, memang merupakan tempat yang romantis untuk setiap pasangan.

Banyak sekali pantai-pantai yang kami kunjungi hari itu, setelah dari Tanah Lot, kami menuju DreamLand, dan Pantai Kuta. Berbeda dengan Tanah Lot, Dreamland terletak di dalam kawasan seluas kurang lebih 5 hektar. Tempat ini sangat di idolakan bagi turis mancanegara, jadi tak heran jika banyak turis-turis yang berjemur di atas sengatan matahari yang sangat panas. Berbanding terbalik dengan Tanah Lot, jarang sekali kita temukan turis domestik di sini. Tak ada pepohonan di sana, namun hembusan angin laut sedikit mengurangi rasa panas yang kami rasakan. Pasir pantai yang berwarna putih, dengan pantai yang bersih dengan gradasi warna biru yang cantik di pandang mata, membuat siapapun bakal betah berlamaan di sana.

Berbeda lagi dengan Pantai Kuta, di sini banyak kita temukan turis domestic dan mancanegara. Pantainya pun tidak seindah Tanah Lot dan dreamland, namun kita dapat menyaksikan sunrise disini. Pantai ini terletak di tepi keramaian daerah kuta, Bali yang padat akan turis-turis mancanegara.

Menjelang magrib, kami segera cek in di hotel jaya negara yang telah disiapkan pihak sekolah. Acara pun berjalan bebas malam itu. Aku dan teman-teman memilih menikmati ramainya Bali di depan hotel kami.

0 komentar: